Kamis, 12 Juni 2014

Manis Pahitnya Kehidupan

Terkadang hati ini rapuh menghadapi cobaan-Nya
Terkadang hati ini tak sanggup menjalani takdir-Nya
Terkadang hati ini menangis pilu tatkala tak sampai harapannya
Terkadang hati ini terasa perih melihat sekelilingnya  menggapai mimpi
Terkadang hati ini haru biru mengingat ketidakberdayaannya
Terkadang hati ini meneteskan air merasakan cibiran
Terkadang hati ini ingin berteriak meminta keadilan
Terkadang hati ini menutupi aib dengan kebohongan
Terkadang hari ini tersayat bak luka tersayat perasaan

Tetapi hati ini kuat bagaikan batu karang yang diterjang ombak
Tetapi hati ini terbangun dari mimpi kelamnya
Tetapi hati ini tersadar oleh cahaya yang menyinarinya
Tetapi hati ini mendapatkan ketenangan yang sungguh menyejukkan
Tetapi hati ini kembali bangkit dari ketidakberdayaanya
Tetapi hati ini merasakan ksembuhan luka yang tiada tara
Tetapi hati ini memperoleh obat yang segera menyembuhkan lukanya

Tak Ada Artinya Usaha Tanpa Berdoa

Sebentar saja aku terkesiap tatkala teman-temanku menanyakan mengenai masalah yang tengah kuhadapi saat ini. Beberapa pertanyaan muncul dengan santainya dari bibir mungil sahabatku ini. Kira-kira pertanyaan yang diajukan memang cukup simple dan tanpa perlu lama berfikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Simple tapi cukup menohok hatiku tatkala mendengarkan secara khidmat pertanyaan tersebut. Apakah usaha yang kamu lakukan untuk menyelesaikan permasalahanmu sudah maksimal? Itu pertanyaan pertama yang diajukan.
Pertanyaan kedua yang juga menjadi pertanyaan yang simple yaitu apakah kamu melakukan shalat tahajud di sepertiga malam? Itu pertanyaan keduanya. Dan yang terakhir adalah pertanyaan seberapa sering kamu melakukan shadaqoh terhadap fakir miskin? Cukup tiga buah pertanyaan yang simple diucapkan tetapi justru disitulah jawaban dari permasalahan-permasalahan yang selama ini kita hadapi.
Seperti tercantum dalam judul bahwa “tak ada artinya usaha tanpa doa”, jadi walaupun kita mati-matian kita berusaha melakukan usaha untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada hidup kita apabila tidak disertai dengan doa dan pintanya kepada Sang Khalik niscaya kita tak akan pernah menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Itu yang paling berkesan dari obrolanku dengan salah satu temanku mengingat dengan adanya obrolan kali ini aku tersadar akan suatu hal yang mungkin terlupakan selama ini, hal yang cukup simple tetapi ternyata memiliki andil dan pengaruh yang cukup besar dalam penyelesaian masalah yang tengah dihadapi

Hidup Hanya Sesingkat Sakura

        Di dalam hidup sakura yang singkat itu, dia membawa keindahan, wangi dan semerak hidup bagi yang menikmatinya. Hidup yang singkat tetapi memberi kebahagiaan dan makna bagi banyak orang. Hidup yang begitu singkat tetapi berarti. Hal ini mengilhami orang Jepang untuk membuat yang terbaik didalam hidup mereka, sekali hidup tetapi berguna, sebelum mati kelak dan hilang bersama waktu. Itulah sebabnya dahulu orang Jepang memilih mati dengan bunuh diri (harakiri atau seppuku) daripada hidup tidak berguna atau gagal. Mati seperti ini lebih dihormati daripada hidup dengan tidak bermanfaat.
        Sekarang ini sudah jarang orang Jepang melakukan harakiri, tetapi mereka yang gagal, atau membuat malu, atau korupsi, dll akan memilih mengundurkan diri dan tidak menampakkan wajahnya ke umum. Sifat ini membuat mereka bekerja keras sepanjang hidup, berkarya dan membuat hidup lebih baik. Tak heran jika mereka menghasilkan karya karya yang berkualitas seperti teknologi yang banyak kita nikmati. Selain itu mereka berusaha menjagai keindahan alam dan memelihara kehidupan.
       Sakura, bunga khas yang menjadi ikon negeri matahari terbit. Kedatangan musim semi yang merupakan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Jepang setelah menjalani kehidupan yang berat dalam musim dingin. Untuk itu, masyarakat Jepang punya cara tersendiri untuk merayakan datangnya musim semi, yaitu dengan mengadakan acara Hanami yaitu acara berkumpul bersama keluarga atau teman dengan menggelar tikar di bawah pohon-pohon Sakura. Mereka berbahagia, sambil makan dan minum. Saat-saat romantis berkumpul dengan orang orang tercinta, sejenak merenungi keindahan dan singkatnya hidup.
          Sakura, hidup singkat, dan bermakna, lalu mati. Akh, seandainya kita bisa memaknai bunga-bunga angrek seperti halnya Sakura bagi orang Jepang, tentu hidup akan jauh lebih berarti dan berguna

Sabtu, 07 Juni 2014

Terimakasih Atas DukunganMu

Aku terdiam, tertunduk dan memejamkan mata. Dan tiba-tiba aku menitikan air mata yang membasahi wajahku. Hati ini tersakiti, hati ini membengkak dan hati ini menahan amarah. Sungguh kesalahan yang tak bisa kumaafkan. Kesalahanku yang membuat kedua orangtuaku selalu mengelap keringatnya, selalu tidak mengenal letih, selalu memperjuangkan pendidikan untuk anak–anaknya.
            Ku siapkan mentalku untuk berbicara kepada kedua orangtuaku. Aku takut orangtuaku merasa keberatan atas keputusanku ini. Keputasanku ini adalah mendaftar di
Universitas Gunadarma. Tak sanggup ku mendengar amarah yang akan ku dengar dari kedua orangtuaku. Tapi mereka mengerti keinginanku dan mereka mengizinkanku untuk berkuliah di sana.
          Aku mencari semua informasi tentang pendaftarannya. Dan salah satu persyaratannya memakai biaya. Dan itu cukup besar untuk golongan keluargaku yang sederhana. Aku tak sanggup untuk berbicara tentang salah satu persyaratan ini. Tapi aku yakin bahwa untuk menuju sukses harus ada pengorabanan. Meskipun itu menyakitkan… Kuceritakan semua persyaratannya kepada orangtuaku. Dan kedua orangtuaku siap untuk membiayaiku.
            Betapa terharunya aku melihat kesanggupan mereka meskipun mereka harus bekerja keras untuk pendidikanku. Untuk menjadi Mahasiswi Universitas Gunadarma, aku harus mengikuti test yang diadakan di Universitas Gunadarma.
          Sebelum aku berangkat untuk mengikuti test. Aku meminta restu kepada kedua orangtuaku. Apalagi ibuku, aku meminta mendoakanku saat test nanti. Ku jalani test demi test dan saatnya telah tiba untuk hasil kelulusan. Aku berdo
a agar aku lulus dan membahagiakan orangtuaku yang telah siap untuk membiayaiku.
           Test yang terakhir membuatku sedih. Sedih karena harus melibatkan orangtuaku untuk mengikuti test wawancara. Test wawancara itu merupakan kesiapan orangtuaku dalam membiayaiku nanti. Hatiku tertegun melihat jawaban orangtuaku dengan tegas mengatakan “SIAP”.
Aku termenung dan memikirkan betapa siapnya orangtuaku dalam mendukung pendidikanku. Sedangkan aku? Aku yang selalu sedih karena orangtuaku yang selalu siap meskipun pahit untuknya tetapi manis untuk anaknya. Dari situlah aku berusaha untuk menjadi yang terbaik dan berjuang untuk membuktikan usaha kedua orangtuaku yang telah mendukungku.
          Tibalah untuk hasil kelulusan test. Aku berbaris menunggu pembagian surat kelulusan. Dan setelah mendapatkan surat kelulusan. Hatiku berdebar-debar untuk membukanya. Aku takut jika aku tidak di terima, bagaimana perasaan kedua orangtuaku? Tapi aku yakin, aku telah berusaha dan berjuang untuk melihat mereka tersenyum jika aku di terima di sekolah yang aku inginkan.
            Ku buka surat itu sedikit demi sedikit dan tertulis kata “LULUS”. Akhirnya.. “AKU DITERIMA”. Tidak sia-sianya kedua orangtuaku mendukungku dan berjuang untuk pendidikanku. Hatiku senang bercampur sedih karena untuk kedepannya orangtuaku harus mengeluarkan uang berjuta-juta untuk pendidikanku.
          Aku segera pulang dan memberitahu ibuku yang sedang di rumah.
Ku berikan surat kelulusanku. Ibuku membacanya dan ia sangat senang dan langsung memelukku. Ku lihat matanya menitikan air mata. Ku sadari betapa ibuku menginginkan aku di terima di Universitas Gunadarma yang aku inginkan.
          Saat malam hari ayahku pulang. Ku beri tahu kelulusanku. Dan ia juga sangat senang. Ayahku puas dengan perjuangannya yang siap untuk membiayaiku.
          Aku bersyukur karena
Tuhan telah mendengar doaku dan mendengar doa ibuku. Tetapi semua ini adalah ujian untukku dan keluargaku kedepannya. Hatiku mulai menangis untuk kedua orangtuaku yang telah bekerja keras, mendoakanku, merasa pahit meskipun manis untuk anaknya, merasa letih untuk mencari uang. Dan juga aku berterimakasih untuk kedua orangtuaku yang telah mengeluarkan uang berjuta-juta mungkin bermiliyar-miliyaran dari aku kecil sampai besar. Aku hanya mengucapakan TERIMAKASIH untuk kedua orangtuaku yang selalu mendukungku, membesarkanku, dan selalu ada untukku. Aku akan membalas semua untukMU. Ayah ibu aku selalu menyayangimu.